Episodes
-
Episode ini merenungkan puisi karya Umar ibn Al-Farid yang berfokus pada tema abadi dan kekalnya entitas spiritual melalui simbol-simbol alam semesta seperti purnama, matahari, dan bintang. Dialog ini mengeksplorasi bagaimana elemen-elemen tersebut merefleksikan ketahanan dan keabadian dari kehadiran ilahi, serta bagaimana mereka mengilhami perjalanan spiritual yang lebih dalam, menunjukkan jalan kepada jiwa-jiwa yang mencapai kesadaran spiritual dan penyatuan dengan Tuhan.
-
Episode ini mengajak pendengar untuk mendalami karya Swami Ramdas, seorang spiritualis dan filsuf asal India. Dialog ini berfokus pada refleksi atas pengalaman pencerahan spiritual Ramdas, yang diperkuat oleh pertemuan berpengaruhnya dengan Sri Ramana Maharshi. Episode ini mengeksplorasi bagaimana kehidupan Ramdas berubah dari seorang pebisnis menjadi seorang pertapa yang mencari moksha, serta bagaimana pengalamannya menyingkapkan kesadaran mendalam bahwa "semua yang dilihat adalah Tuhan."
-
Episodes manquant?
-
Episode ini mengeksplorasi sebuah puisi oleh Jalaluddin Rumi yang mengajak para pendengar untuk mempertimbangkan perjalanan spiritual tanpa tujuan yang jelas sebagai metafora untuk perjalanan ke dalam diri sendiri. Puisi ini menekankan pentingnya bergerak melalui kehidupan dengan keberanian dan iman, tanpa terhambat oleh ketakutan atau kebutuhan akan validasi eksternal. Dialog ini mendalam dan introspektif, mendorong pendengar untuk merenungkan cara mereka melangkah dalam kehidupan, mendorong kontemplasi yang mendalam tentang makna dan tujuan sejati dari keberadaan kita.
-
Episode ini mengeksplorasi karya Yosa Buson, seorang master besar haiku dari Jepang. Dialog ini memperdalam pemahaman tentang sebuah haiku khusus yang menggambarkan hujan musim semi yang basahi kerang kecil di pesisir, menggambarkan kesederhanaan dan keajaiban alam dalam momen yang singkat, sehingga engajak pendengar untuk menyelami kesadaran yang mendalam, melalui puitisasi alam yang mencerminkan hubungan halus antara manusia dan semesta.
-
Episode ini menyelami karya Ibn Arabi, khususnya dari kumpulan puisinya yang terangkum dalam "Tarjuman al-Ashwaq." Dialog ini mengeksplorasi konsep cinta ilahiyah melalui puisi yang kaya dengan imaji dan simbolisme, mencerminkan perjalanan spiritual pecinta dalam mencari penyatuan dengan yang ilahi. Puisi-puisi tersebut digunakan untuk mengilustrasikan hubungan metaforis antara pecinta dan yang dicintai, menyoroti kebutuhan jiwa manusia untuk bersatu dengan ilahi.
-
Episode ini menyelami puisi Kabir yang membahas tentang cinta ilahiyah yang tidak hanya memenuhi jiwa tetapi juga memancar ke seluruh semesta. Puisi ini menggambarkan bagaimana cinta ilahiyah mengisi tubuh, jiwa, dan menjadi ekspresi verbal yang mengayomi dan menyemangati. Cinta ilahiyah menembus dan menghidupkan setiap aspek keberadaan.
-
Episode kali ini menyelami ajaran dan puisi dari Adi Shankara, tokoh sentral dalam sekolah Advaita Vedanta. Dijelaskan pula bagaimana ajaran non-dualisme Shankara menggabungkan individu (atman) dengan realitas tertinggi (Brahman), menekankan bahwa kedua hal tersebut adalah satu dan sama. Melalui puisi yang dibacakan, dialog berfokus pada bagaimana setiap aspek kehidupan—dari nafas hingga tindakan—merupakan ibadah dan perwujudan dari kesadaran ilahi. Adapun tujuannya adalah untuk membawa pendengar lebih dekat kepada pengalaman langsung kebenaran spiritual yang diajarkan oleh Shankara dan berbagai nabi serta kitab suci lainnya.
-
Episode ini menggali tema kedalaman keheningan dan pencerahan melalui renungan haiku oleh Yamaguchi Sado, tokoh yang sering disandingkan dengan Matsuo Basho. Haiku ini diinterpretasikan sebagai ekspresi dari paradoks kehidupan—di mana kekurangan dan keberlimpahan, kosong dan utuh, hadir bersama dalam satu momen pencerahan. Dialog ini berupaya mengeksplorasi bagaimana sebuah gubuk, yang umumnya dianggap simbol kesederhanaan, dapat menjadi tempat kehadiran kebangkitan spiritual yang mendalam, mencerminkan bagaimana spiritualitas bisa ditemukan dalam kesederhanaan.
-
Episode kali ini menghadirkan refleksi mendalam atas puisi karya Hakim Sanai, seorang sufi Persia dari abad ke-11. Puisi yang diangkat mengeksplorasi tema cinta ilahi, kebijaksanaan, dan perjalanan jiwa menuju pencerahan. Hakim Sanai terkenal akan karyanya, "The Walled Garden of Truth," di mana ia mendalami transendensi ego dan penyatuan dengan ilahi. Dialog ini diharapkan membantu pendengar menembus ilusi ego dan mendekatkan diri kepada realitas ilahi melalui kata-kata yang mengalir dari hati ke hati.
-
Episode ke-39 ini mengeksplorasi makna dari sebuah ekspresi yang dapat ditemukan dari berbagai tradisi, yakni "lihat yang luar biasa di dalam yang biasa" ("see the extraordinary in the ordinary"). Kalau ada ekspresi yang tepat untuk mendeskripsikan cara pandang seseorang yang telah tercerahkan secara spiritual, itulah ekspresinya: melihat segala sesuatu yang telah dianggap biasa, diterima begitu saja sebagai luar biasa dan magis—semuanya menjadi tanda-tanda ilahi yang menyadarkan akan diri sejati.
-
Episode ini menyelami pemahaman kebahagiaan menurut pandangan non-dualitas Francis Lucille, yang menyatakan bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan. Terungkap bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus dicari atau ditangkap; melainkan kebahagiaan adalah kualitas yang intrinsik dan tidak berubah yang terdapat dalam diri sejati kita. Dialog mendalam ini menyoroti bahwa kebahagiaan adalah fondasi eksistensi manusia, menawarkan perspektif bahwa alih-alih mencari kebahagiaan di luar diri, kita harus mengakui dan menyelaraskan dengan kebahagiaan yang sudah ada dalam diri kita sebagai kesadaran murni.
-
Episode ini mengajak pendengar untuk memikirkan tentang proses pembersihan dan pemurnian diri melalui puisi Jalaluddin Rumi. Sang Maulana menggunakan metafora pohon untuk menekankan pentingnya melepaskan segala hal yang menghalangi pertumbuhan spiritual kita, memperkuat pemahaman tentang pembebasan diri dari ego dan kebiasaan lama yang tidak lagi berguna. Dialog ini juga mendalami bagaimana simbolisme pohon mencerminkan diri sejati yang stabil dan damai, serta proses alami melepaskan yang tidak hanya mengurangi beban tetapi juga memungkinkan pertumbuhan baru.
-
Episode kali ini mengeksplorasi hubungan antara kesadaran murni dan musim dingin, diwakili oleh purnama yang membungkuk kepada pertapa. Di sini, Denny dan Dame juga menawarkan refleksi mendalam tentang bagaimana pencerahan bukanlah pencapaian melainkan pengakuan tentang kesadaran yang selalu ada. Dialog ini memperkenalkan pemahaman bahwa setiap momen adalah kesempatan untuk melihat lebih jelas, bebas dari ilusi, dan merasakan kebahagiaan yang muncul dari kesadaran murni.
-
Dialog kali ini berfokus pada hidup dan mati sebagai manifestasi yang tidak perlu dipacu. Kehidupan dan kematian bukanlah sebuah perlombaan, melainkan kesempatan untuk mengamati dan merasakan kehadiran batin yang murni tanpa tekanan. Dialog ini pun menggali bagaimana ketenangan dan kesadaran alami dapat muncul tanpa usaha berlebihan, memungkinkan keadaan batin yang sejati untuk berkembang dan berbunga secara alami.
-
Episode ini mengeksplorasi pemahaman mendalam tentang meditasi dan kesadaran melalui pembahasan puisi Kabir. Di sini kita juga menyelami cara menenangkan tubuh, pikiran, dan suara batin untuk mencapai ketenangan mutlak. Percakapan ini diharapkan memudahkan pendengar untuk merasakan kehadiran ilahi dalam keheningan yang luar biasa. Dialog ini dijalankan dengan pendekatan yang sangat personal dan introspektif, menyentuh pada elemen-elemen spiritual yang sangat mendalam.
-
Episode ini mendalami tema pencerahan dan kesadaran melalui pembahasan mendalam tentang puisi Bulleh Shah yang menggambarkan pendakwah dan pemegang obor sebagai simbol pencerah yang seringkali sendiri berada dalam kegelapan. Pembahasan menyoroti perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dan penggunaan metafora objek langit (bintang, bulan, matahari) sebagai simbol perjalanan menuju kesadaran yang lebih dalam. Dialog ini mengajak pendengar untuk mencapai pemahaman tentang cahaya diri yang abadi, yang merupakan sumber pencerahan sejati, tidak tergantung pada cahaya luar.
-
Episode ini menggali secara mendalam tentang proses pemahaman dan perenungan atas diri yang sejati melalui metafora mengupas bawang, menyoroti bagaimana kita menghilangkan lapisan demi lapisan identitas palsu untuk menemukan esensi sejati diri, yang adalah "nothingness" atau kekosongan yang sebenarnya adalah kesadaran murni. Juga mengeksplorasi bagaimana musik dapat menjadi medium untuk memasuki pengalaman spiritual yang lebih dalam dan bagaimana pemahaman ini dapat mempengaruhi cara kita melihat dan mengalami dunia.
-
Episode ini menghadirkan refleksi mendalam tentang relasi antara kegelapan dan kesadaran spiritual melalui renungan atas haiku Natsume Soseki. Dialog ini bertujuan untuk menyadarkan pendengar tentang pentingnya menghentikan penalaran logis sesekali untuk dapat merasakan tanda-tanda kehadiran Tuhan yang sejuk mengisi kesadaran, menawarkan perspektif berbeda tentang cara kita mengalami dan memahami realitas spiritual dan materi.
-
Dalam episode ini, haiku karya Matsuo Basho direnungkan. Melalui metafora perjalanan spiritual pada malam musim gugur yang hampa, episode ini mengundang pendengar untuk merenungkan kehadiran Tuhan dalam setiap momen hidup dan mengeksplorasi keheningan serta kesederhanaan dalam menghadapi realitas. Diskusi yang spontan dan introspektif ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman pendengar mengenai spiritualitas dan pencarian diri.
-
Membahas Haiku karya Iio Shogi, pendeta Zen dari Kyoto 600 tahun lalu, menggali kesederhanaan dan kehadiran dalam momen. Dialog ini mengeksplorasi bagaimana Haiku Shogi menawarkan perspektif tentang mengalami kehidupan dengan ringan, tanpa terikat, menekankan pentingnya menikmati setiap momen dan menghadapi kehidupan dengan kesadaran penuh dan penerimaan.
- Montre plus