Episodi
-
Pada zaman dahulu di daaerah banten, terdapat Kesultanan yang bernama Kesultanan Kartasura. Pada saat itu kesultanan sedang dilanda kesedihan yang mendalam, dikarenakan permaisuri mengalami penyakit tercinta mengalami penyakit keras.
Rakyat mulai merasakan kesedihan yang mendalam. Hari demi hari dilalui permaisuri dengan penderitaan, tubuhnya seperti tulang dibalut kulit semata. Roda pemerintahanpun mulai berjalan tidak sebagaimana mestinya.
Tak henti-hentinya pangeran Kartasura mendatangkan tabib untuk menyembuhkan sang permaisuri, namun tidak ada satupun yang berhasil. Sampai suatu ketika penasehat kerajaan menyarankan pangeran untuk bertapa di tempat sepi untuk memohon petunjuk sanga maha kuasa.
Tak berapa lama kemudian , pangeran mengikuti petunjuk sang penasehat. Beliau mencari tempat sepi. Setelah menemukan tempat yang pas, diapun melaksanakan semedhinya. Ia berhasil melewati semua godaan-godaan yang menghampirinya. Sampai suaatu ketika terdengarlah suara gaib di telinga pangeran Kartasura. “Hentikanlah semedhi, dan ambilah bunga karang di Pantai Selatan, dengan bunga itulah permaisuri dapat disembuhkan.”
Kemudian pangeran Kartasura segera pulang dan menanyakan suara gaib itu pada penasehatnnya. “Pantai Selatan amat luas pangeran, tapi hamba yakin yang dimaksudkan suara tersebut pasti gua karang yang didalamnnya banyak ditumbuhi bunga karang”.
-
Pada zaman dahulu kala. Terdapat sebuah Kerajaan yang di pimpin oleh Raja yang sangat bijaksana dan adil. Raja tersebut mempunyai seorang Putra yang sangat tampan dan gagah, yang bernama Raden Banterang. Raden Banterang sangat gemar berburu.
Suatu hari, Raden Banterang pergi berburu kedalam hutan. Ia di temani dengan Pengawal kerajaan. Di tengah perjalanan. Ia melihat seekor Kijang melintas di depannya. Ia pun segera mengejar Kijang tersebut hingga masuk ke dalam hutan belantara. Ia pun terpisah dari rombongan Pengawalnya tersebut.
Raden Banterang terus mengejar KIjang tersebut. Ia semakin jauh masuk kedalam hutan. Ia pun tiba di sebuah sungai yang sangat jernih. Karena kelelahan mengejar Kijang, ia pun mendekati sungai tersebut dan meminum air jernih itu. Di saat ia asik meminum air. Tiba-tiba, ia sangat terkejut karena kedatang seorang gadis yang sangat cantik.
Raden Banterang kebingungan, karena ia takut gadis cantik tersebut adalah penunggu hutan ini. Namun, ia memberanikan diri untuk mendekati gadis cantik tersebut.
-
Episodi mancanti?
-
Pada zaman dahulu kala, di lereng Gunung Lawu bagian timur, hiduplah sepasang suami istri bernama Kiai Pasir dan Nyai Pasir. Mereka tinggal di sebuah pondok kecil terbuat dari anyaman bambu beratapkan dedaunan. Mereka hanya tinggal berdua karena selama bertahun-tahun menikah tidak dikaruniai seorang anak pun. Tempat tinggal mereka juga sangat terpencil, sangat jauh dari permukiman warga. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, mereka menanam umbi-umbian di sekitar pondok. Sayuran dan buah-buahan didapat dengan mudah di hutan sekitar. Kadang-kadang, Kiai Pasir berburu binatang untuk lauk. Daging binatang dikeringkan sehingga dapat disimpan untuk waktu lama. Kadang-kadang saja, Kiai Pasir pergi ke pasar desa yang terdekat untuk menukar barang yang tidak ada di lereng gunung, seperti garam dan beras. Barang-barang dari gunung yang laku ditukar dengan bahan makanan adalah kayu bakar. Untuk itu, Kiai Pasir rajin mengumpulkan kayu bakar, baik yang berupa ranting-ranting maupun kayu belah.
Pada suatu hari, Kiai Pasir pergi ke hutan untuk menebang pohon. Batangnya akan digunakan untuk mengganti tiang pondoknya yang sudah dimakan rayap, sedangkan rantingrantingnya akan dikeringkan untuk kayu bakar. Pagi-pagi sekali setelah menyantap ubi bakar, ia pamit pada istrinya hendak ke hutan yang agak jauh dari pondoknya. Ia membawa kapak dan air minum di dalam wadah bambu. lstrinya melepas kepergian Kiai Pasir di depan pondok dengan pesan untuk pulang sebelum hari gelap.
Tiba di tengah hutan, Kiai Pasir mencari-cari pohon yang cukup besar dan berbatang lurus supaya kuat dijadikan tiang. Pohon-pohon di hutan itu besar-besar ukurannya. Padahal, Kiai Pasir hendak menebang yang berukuran sedang supaya ia kuat memikulnya pulang ke pondok. Tidak lama kemudian, ia pun menemukan pohon yang sesuai dengan keinginannya. Karena semak belukar di sekitar pohon itu sangat lebat, Kiai Pasir ptm terlebih dahulu membersihkannya agar ia mudah mengayunkan kapaknya ke pangkal pohon. Saat ia sedang menyibak dan membersihkan semak itu, dilihatnya ada sebutir telur berukuran cukup besar tergeletak di atas tumpukan dedaunan seperti sarang. Kiai Pasir teringat istrinya yang tentu akan sangat senang mendapat telur untuk santapan. Apalagi, mereka jarang sekali dapat makan telur. Tanpa berpikir lagi, diambilnya telur itu kemudian dimasukan ke dalam wadah bambu yang sudah kosong.
-
Alkisah pada masa silam di Papua, hiduplah seorang laki laki bernama Woiram dan istrinya Bonadebu.
Mereka penghuni kampung Merem. Woiram tak tinggal serumah dengan istrinya. Hal itu dilakukannya karena tujuan Woiram menikahi Bonadebu hanyalah untuk menjaga harga dirinya sebagai seorang lelaki. Woiram sama sekali tak ingin memiliki anak dari perkawinannya.
Rumah tangga yang dilalui Woiram dan Bonadebu yang semula harmonis, lama lama terasa hambar. Sebagai seorang wanita normal, tentu saja Bonadebu ingin memiliki anak.
Hari demi hari berlalu, keinginan Bonadebu tak ditanggapi sedikitpun oleh Woiram. Ia tak tergugah sama sekali untuk memenuhi keinginan istrinya.
Kejenuhan melakukan kegiatan sehari hari membuat Woiram merasa lelah. Ia ingin sekali mencari suasana baru. Tak disangka keinginan memiliki seorang anak mulai terbersit di hati Woiram. Keinginan itu makin lama makin kuat. Namun demikian Woiram malu untuk mengutarakan keinginannya itu pada Bonadebu. Setiap malam ia hanya berdoa agar Dewa berkenan mengabulkan keinginannya.
-
Dahulu kala, hiduplah seorang ulama agama Islam yang berasal dari Negeri Palembang, pemuka agam itu bernama Hasan Tanduk Alam di masyarakat dikenal dengan nama Tanduk Alam. Dia berkelana ke Negeri Banggai dengan tujuan berdagang serta menyebarkan agama Islam. Namun sebelum tiba di Negeri Banggai, ia menetap di Tanah Sea-Sea dan bekerja sebagai pengrajin barnag-barang dari emas serta membuat berbagai macam perhiasan. Pada awalnya dia menjual hasil kerajinannya kepada penduduk desa sambil mengajarkan agama Islam, oleh karena itdu ia tidak hanya dikenal sebagai pengrajin emas, namun juga sebagai ulama. Tanduk Alam tidak hanya dikenal di kalangan penduduk, tetapi juga di kalangan istana Negeri Banggai yang dipimpin oleh Raja Adi Cokro. Suatu hari, kalangan istana dan seluruh rakyat Negeri Banggai bersedih, karena tiba-tiba Putri Raja Adi Cokro tiba-tiba hilang. Sang Raja pun segera memerintahkan kepada seluruh tentara dan rakyat untuk mencari putrinya.
-
Tersebutlah seorang pemuda sakti yang tinggal di desa Medang Kawit. Aji Saka namanya. Ia mempunyai dua pembantu yang sangat setia. Dora dan Sembada nama keduanya.
Suatu hari Aji Saka berniat ke wilayah Medang Kamulan. Ia mendengar perilaku Raja Medang Kamulan yang bernama Prabu Dewata Cengkar yang sangat jahat. Prabu Dewata Cengkar gemar memangsa manusia. Setiap hari ia harus makan daging manusia. Patih Medang Kamulan yang bernama Jugul Muda harus sibuk mencari manusia untuk dipersembahkan kepada rajanya yang sangat kejam itu. Rakyat Medang Kamulan sangat ketakutan dan mereka memilih untuk mengungsi dari Medang Kamulan dibandingkan harus menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar. Aji Saka berniat menghentikan kekejaman penguasa kerajaan Medang Kamulan yang gemar memakan manusia itu untuk selama-Iamanya.
Dalam perjalanan menuju kerajaan Medang Kamulan, Aji Saka dan dua pembantunya tiba di daerah pegunungan Kendeng. Aji Saka meminta Sembada untuk tinggal di daerah itu dan menyerahkan keris saktinya. Katanya, "Kutitipkan keris sakti pusakaku ini kepadamu. Sekali-kali jangan engkau serahkan keris sakti pusakaku ini kepada siapa pun kecuali hanya kepadaku saja! Aku sendiri yang akan datang mengambil keris pusakaku ini.” Sembada mengiyakan pesan Aji Saka.
Aji Saka bersama Dora melanjutkan perjalanan. Di sebuah tempat, Aji Saka meminta Dora untuk tinggal karena ia akan ke kerajaan Medang Kamulan seorang diri.
-
Alkisah, di pesisir Laut Selatan Pulau Jawa, ada seorang pengembara bernama Raden Budog. Ia adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Dalam pengembaraannya, ia selalu ditemani oleh seekor anjing dan kuda kesayangannya. Suatu siang, seusai mandi di pantai, Raden Budog beristirahat di bawah sebuah pohon ketapang yang rindang. Buaian angin pantai yang sejuk membuat pemuda itu begitu cepat terlelap. Dalam tidurnya, ia bermimpi mengembara ke utara dan bertemu dengan seorang gadis cantik jelita. Kecantikan gadis itu membuat hatinya terpesona. Ia melihat gadis itu tersenyum manis seraya mengulurkan tangannya. Namun, saat ia hendak menyambut uluran tangan gadis itu tiba-tiba sebuah ranting kering jatuh mengenai dahinya. Ia pun terkejut dan langsung terbangun dari tidurnya. Raden Budog membanting ranting itu keras-keras karena merasa geram tidak bisa melanjutkan mimpi indahnya.
Sejak peristiwa itu, hati Raden Budog tidak tenang karena senyum manis gadis itu selalu terbayang di pelupuk matanya. Walaupun hanya mimpi, namun ia merasa bahwa pertemuannya dengan gadis seperti kenyataan. Oleh karena penasaran, ia pun memutuskan pergi mengembara ke utara untuk mencari gadis impiannya. Setelah menyiapkan perbekalan secukupnya, Raden Budog memacu kuda kesayangannya menuju ke arah utara, sementara anjingnya berjalan di depan sambil mengendus-endus mencari jalan bagi tuannya.
Setelah berhari-hari berjalan menapaki jalan-jalan terjal, tibalah Raden Budog di sebuah tempat tinggi yang dikenal bernama Tali Alas atau yang kini disebut Pilar. Dari tempat itulah, Raden Budog dapat melihat pemandangan samudera biru yang membentang luas dan pantai yang indah. Sejenak, ia beristirahat di tempat itu sambil menikmati bekalnya yang masih tersisa. Sementara itu, kudanya dibiarkan mencari rumput segar dan anjingnya asyik berburu burung puyuh yang banyak berkeliaran di antara semak-semak.
Setelah dirasa cukup beristirahat, Raden Budog melanjutkan perjalanannya menuju ke pantai, yakni yang dikenal dengan sebutan Pantai Cawar. Setiba di pantai itu, Raden Budog turun dari kudanya kemudian berlari menuju pantai dan terjun ke laut.
-
Pada suatu hari para dewa di Kahyangan sedang berkumpul untuk menentukan nasib Pulau Jawa. Pulau Jawa yang waktu itu dihuni banyak makhluk hidup ternyata posisinya miring. Para dewa bermaksud untuk membuat pulau tersebut tidak miring. Pada pertemuan itu, mereka kemudian memutuskan untuk mendirikan sebuah gunung yang besar dan tinggi di tengah-tengah Pulau Jawa sebagai penyeimbang. Alhasil mereka sepakat untuk memindahkan Gunung Jamurdipa yang berada di Laut Selatan ke sebuah daerah tanah datar yang terletak di perbatasan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Magelang.
-
Alkasih pada zaman dulu di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, hiduplah orang orang Suku Laut yang dipimpin oleh Batin Lagoi. Pemimpin Suku Laut ini merupakan seorang yang santun dan memimpin dengan adil. Tutur katanya yang lemah lembut terhadap siapa saja membuat masyarakat Suku Laut sangat mencintai pemimpin mereka itu.
Guna mengetahui keadaan rakyatnya, Batin Lagoi senantiasa berkeliling. Pada suatu hari, Batin Lagoi berjalan menyusuri pantai yang disekitarnya penuh ditumbuhi semak pandan. Sayup sayup telinga Batin Lagoi menangkap suara tangisan bayi.
“Anak siapa itu yang menangis di tempat seperti ini ?” pikirnya heran sambil memandang sekeliling. Karena ia tak melihat seorangpun, Batin Lagoi meneruskan langkahnya.
Baru beberapa langkah, Batin Lagoi kembali mendengar suara tangisan bayi yang kini semakin jelas. Batin Lagoi kembali memandang sekeliling, namun ia tak jua melihat seorangpun disana. Karena penasaran, Batin Lagoi mengikuti asal suara tangisan yang membawanya ke semak semak pandan. Batin Lagoi menginjak semak semak itu dengan hati hati. Suara tangisan bayi terdengar semakin keras. Batin Lagoi tercengang melihat seorang bayi perempuan yang diletakkan di atas dedaunan yang kini berada di depannya.
Rasa heran kembali menyergap Batin Lagoi. ‘Siapa gerangan yang meletakkan bayinya disini ?’, gumamnya pelan. Batin Lagoi terdiam sejenak. Setelah memastikan tak ada orang di sekitar situ, Batin Lagoi memutuskan untuk membawa pulang bayi perempuan yang cantik itu. Sang bayipun berhenti menangis ketika Batin Lagoi menggendongnya.
Batin Lagoi merawat bayi perempuan itu dengan penuh kasih sayang bak anaknya sendiri. Terkadang ia merasa bayi itu memang diberikan Tuhan untuknya. Bayi perempuan yang diberinya nama Putri Pandan Berduri itu sungguh membawa kebahagiaan bagi Batin Lagoi yang selama ini hidup sendiri.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Putri Pandan Berduri telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Bukan hanya parasnya yang menawan, Putri Pandan Berduri juga memiliki sikap yang sangat anggun dan santun layaknya seorang putri. Tutur katanya yang lembut membuat masyarakat Suku Laut mencintainya.
Banyak pemuda yang terpikat akan kecantikan Putri Pandan Berduri. Meski demikian tak seorangpun berani meminangnya. Batin Lagoi memang berharap agar putrinya itu berjodoh dengan anak seorang raja atau pemimpin suatu daerah.
-
Pada jaman dahulu di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara) hiduplah seorang pemburu perkasa yang bernama Sigarlaki. Ia sangat terkenal dengan keahliannya menombak. Tidak satupun sasaran yang luput dari tombakannya.
Sigarlaki mempunyai seorang pelayan yang sangat setia yang bernama Limbat. Hampir semua pekerjaan yang diperintahkan oleh Sigarlaki dikerjakan dengan baik oleh Limbat. Meskipun terkenal sebagai pemburu yang handal, pada suatu hari mereka tidak berhasil memperoleh satu ekor binatang buruan. Kekesalannya akhirnya memuncak ketika Si Limbat melaporkan pada majikannya bahwa daging persediaan mereka di rumah sudah hilang dicuri orang.
Tanpa pikir panjang, si Sigarlaki langsung menuduh pelayannya itu yang mencuri daging persediaan mereka. Si Limbat menjadi sangat terkejut. Tidak pernah diduga majikannya akan tega menuduh dirinya sebagai pencuri.
Lalu Si Sigarlaki meminta Si Limbat untuk membuktikan bahwa bukan dia yang mencuri. Caranya adalah Sigarlaki akan menancapkan tombaknya ke dalam sebuah kolam. Bersamaan dengan itu Si Limbat disuruhnya menyelam. Bila tombak itu lebih dahulu keluar dari kolam berarti Si Limbat tidak mencuri. Apabila Si Limbat yang keluar dari kolam terlebih dahulu maka terbukti ia yang mencuri.
-
Danau Lipan adalah nama sebuah daerah di Kalimantan Timur. Tepatnya berada di Kecamatan Muara Kaman, yang letaknya sekitar 120km di hulu Tenggarong, Kabupaten Kutai Kertanegara. Sebutan “danau” di depan nama Lipan bukanlah mengandung arti danau yang sebenarnya. Karena tempat itu merupakan daerah yang ditumbuhi pang semak yang luas
Konon, di suatu waktu, Muara Kaman merupakan lautan. Di sana berdirilah sebuah kerajaan dengan Bandar di tepi laut yang ramai. Tersebutlah seorang puteri cantik bernama Puteri Aji Berdarah Putih. Kata yang empunya cerita, disebut demikian karena jika sang Puteri memakan sirih, maka air sepah berwarna merah yang ditelannya akan terlihat saat mengalir. Kecantikan itu tersebar ke seantero negeri dan kerajaan di luarnya
-
Pada jaman dulu kala tersebutlah sebuah kerajaan di Riau yang bernama Tiangkerarasan.
Sang raja adalah seorang yang sangat bahagia karena selain kerajaannya makmur, ia juga dikaruniai permaisuri yang cantik jelita dan putra putri yang rupawan. Namun sayang, kebahagiaan raja dan keluarganya itu seakan sirna akibat tindakan raja yang sepertinya sedang khilaf.
Pada suatu hari ketika tengah mengelilingi negerinya dengan berkuda, sang raja melihat seorang gadis yang sungguh elok parasnya.
Sang raja jatuh cinta pada gadis itu. Cinta sang raja yang begitu menggebu membutakan hatinya dan membuatnya lupa kalau ia telah beristri dan beranak. Tanpa menanyakan pendapat permaisuri terlebih dulu, raja langsung memutuskan untuk menikahi gadis tersebut
-
Pada masa lampau di sebuah desa di Bengkulu, hiduplah tujuh orang anak yatim piatu. Dari tujuh bersaudara itu, hanya ada satu anak perempuan yang bernama Putri Sedaro Putih.
Sehari hari mereka hidup sebagai petani. Untunglah orang tua mereka meninggalkan sawah untuk digarap.
Sebagai satu satunya anak perempuan, Putri Sedaro Putih senantiasa mendapat perlakuan istimewa. Semua saudara laki lakinya sangat sayang padanya.
Mereka berusaha menyenangkan hatinya dengan selalu mencukupi kebutuhannya. Sesuai dengan namanya, Putri Sedaro Putih benar benar merupakan seorang putri di rumah mereka yang sederhana.
Pada suatu malam Putri Sedaro Putih bermimpi.
Seorang kakek datang dalam mimpinya dan berkata “Ajalmu sudah dekat, Nak… bersiap siaplah”, ujar si kakek. "Ketika kau telah tiada nanti, dari kuburmu akan tumbuh sebuah pohon yang sangat berguna bagi banyak orang...", tambah si kakek sesaat sebelum menghilang.
Ketika terjaga, Putri Sedaro Putih mendapati pakaiannya basah oleh keringat. Walaupun hanya mimpi, Putri Sedaro Putih percaya akan omongan kakek dalam mimpinya barusan. Hatinya sungguh gelisah. Putri Sedaro Putih tak dapat memejamkan mata lagi sampai pagi
-
PenyesaIan Inaq Lembain pada jaman dahulu kala menjadi latar belakang Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat : Batu Golog. Sama seperti Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat : Kisah Sari Bulan maka legenda Batu Golog menjadi latar belakang asal muasal tiga daerah yang ada di Nusa Tenggara Barat. Jika teman-teman berasal dari NTB tentunya tidak asing dengan Desa Gembong, Dasan Batu dan Montong Teker, Legenda Batu Dolog menjadi dasar penamaan ketiga daerah tersebut
-
Sungai Landak membentang di wilayah Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Konon, derah tersebut merupakan tanah lapang sebelum akhirnya berubah menjadi sungai.
Banyak versi cerita yang beredar di masyarakat terkait asal-muasal Sungai Landak. Salah satunya adalah kisah seorang perampok yang mencuri sebuah Patung Landak dari pasangan suami istri kaya raya. Patung Landak itu dipercaya dapat memenuhi semua keinginan pemiliknya.
Ada dua mantra untuk mendapatkan apa yang diinginkan dari Patung Landak. Mantra pertama dibaca saat akan mulai meminta sesuatu. Sedangkan mantra kedua dibaca ketika menghentikan apa yang telah diminta. Namun, pencuri tamak itu tidak bisa mencuri leluasa dengan adanya dua mantra itu. Akhirnya ia mengucapkan mengucapkan mantra meminta dan memohon hanya ada satu mantra saja yaitu `mantra meminta`. -
Dewi Sanggalangit terkenal karena kecantikannya. Ia adalah puteri raja Kediri. Banyak pangeran dan raja-raja ingin meminangnya untuk dijadikan sebagai istri. Namun sayang, ia belum memiliki keinginan untuk menikah. Hal ini membuat kedua orang tuanya bingung. Sebab, mereka ingin menimang seorang cucu. Mereka pun mendesak sang Putri agar cepat menikah.
Karena itu, sang Putri akhirnya mau menikah, namun dengan syarat dihibur oleh tontonan yang menarik. Tontonan itu harus belum pernah ada. Tontonan ini harus semacam tarian yang diiringi gamelan, dilengkapi barisan kuda kembar, dan ada binatang berkepala duanya. Tak lama setelah itu, sang Raja mengadakan sayembara, isinya persis seperti yang diminta oleh sang Putri.
Narasi Oleh IG: @kikihenni
-
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan cantik bernama Dayang Sumbi. Ia memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Keduanya tinggal di sebuah rumah bersama dengan seekor anjing setia yang selalu menjaga ibu dan anak tersebut. Tak ada yang tahu bahwa Dayang Sumbi sebenarnya adalah seorang dewi dari khayangan, dan anjing bernama Tumang tersebut adalah suaminya. Dayang Sumbi dan Tumang dikutuk oleh dewa karena sebuah kesalahan. Mereka harus turun ke bumi dan tinggal sebagai seorang manusia dan seekor anjing. Keduanya menerima dan menjalani hukuman tersebut dengan lapang dada.
Sangkuriang muda sangat gemar berburu. Saat berburu, ia selalu ditemani oleh Tumang. Mereka berdua sangat cekatan dalam memburu mangsa. Tumang mengejar rusa, bahi hutan atau kelinci hingga mereka tersudut, lalu Sangkuriang menombak hewan buruan tersebut. Hampir setiap selesai berburu, keduanya membawa banyak hewan untuk dimakan atau dijual.
-
Lutung Kasarung adalah cerita pantun yang mengisahkan legenda masyarakat Sunda yang terinspirasi dari kisah para menak Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda tentang perjalanan Sanghyang Gumindra dari Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah dalam wujud seekor lutung
-
Bawang Merah Bawang Putih adalah dongeng populer Melayu Indonesia yang berasal dari Riau. Kisah ini bercerita mengenai dua orang gadis cantik kakak beradik yang memiliki sifat dan perangai sangat berbeda lagi bertolak belakang, serta mengenai seorang ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih
-
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.
- Mostra di più