Episoder
-
Terima kasih selama ini sudah menemani dan mengapresiasi. Hal-hal yang sejatinya kecil, tapi jadi besar karena rasa yang dihadirkannya besar. Sampai jumpa segera. Tunggu kami kembali, ya.
-
Tidak bisa kita tenang, manakala semua praktik dan upaya kita hanya dilakukan saja tanpa tahu mengapa. Meditasi, jurnaling, dan lain-lain justru jauh dari itu, tapi prosesnya menajamkan kita. Sehingga tak pernah ada titik henti. Seumur hidup harus kita jalani.
-
Mangler du episoder?
-
Itulah integritas, dan itulah sebabnya kita tak boleh biarkan integritas naik-turun seiring situasi, melainkan menjaganya tetap, tak peduli bagaimanapun situasinya.
-
Setelah makna sukses dan jati diri dirombak dan dibentuk ulang, ujungnya adalah kebangkitan yang baru. Bedanya, tak ada ruang untuk kesombongan.
-
Masa depan memang menakutkan, sebab kita selalu membayangkan yang buruk-buruk berdasarkan suasana hati kita saat itu. Tapi kita lupa bahwa segala hal bisa berubah. Sebab kita tumbuh.
-
Hal-hal buruk ada fungsinya, selama kita tidak membawa serta kebencian pada mereka yang pernah menyakiti. Karena dari panjangnya pelajaran tentang luka, dendam bukan salah satunya.
-
Sebuah episode yang semoga jadi api menyala di tengah gelapnya malam dan badaimu.
-
Tidak selamanya mengunjungi masa lalu itu hal yang buruk, selama kita berangkat ke sana dengan misi untuk mengambil fragmen masa depan yang tertinggal.
-
Satu hal besar disusun dari seribu hal kecil. Jangan remehkan. Tanpa perkara kecil itu, tak akan sampai kita pada yang besar-besar yang kita impikan.
-
Siapapun yang merasa cinta itu mudah, sudah pasti tidak pernah jatuh cinta. Atau setidaknya, belum cukup lama untuk melihat wajah cinta yang sesungguhnya.
-
Kata siapa? Mengapa bisa begitu yakin akan masa depan yang bukan milik kita? Lepaskan kebahagiaan yang harus lepas. Percaya, nanti akan datang bahagia baru yang mengalahkan puncak sebelumnya.
-
Privilese bukan aib. Ia anugerah, dan sudah seharusnya disyukuri, dirayakan, dijadikan modal agar kebaikan berlipatganda.
-
Kalau 'baik' itu subjektif, haruskah kita pilih-pilih agar terhindar dari kecewa karena respons negatif orang? Sebab baik untuk satu, belum tentu baik untuk lainnya, kan?
-
Kita begitu mudah menilai sesuatu, terlebih ketika hal itu di luar diri sendiri. Tapi kenyataannya, belum tentu demikian ketika harus kita yang menjalani.
-
Kalau percaya rezeki sudah ada yang mengatur, mengapa bertanya-tanya?
-
Jangan karena media sosial, kita berubah jadi monster keras kepala yang hanya mengejar sensi, perhatian, dan buat kerusakan di mana-mana.
-
Jangan dimasukkan ke dalam hati. Ini catatan untuk diri saya sendiri. Tapi kalau relate, bantu bagikan 'jurnal harian' ini di media sosialmu, ya.
-
Jangan lupa apa yang menyusun kita. Semua sudah ada, semua sudah tersedia. Bumbu itu, syukur namanya.
-
Terkadang kita malu mengaku senang, mengaku syukur, sebab kita kira hal-hal itu terlampau 'biasa saja' untuk orang lain. Padahal, bukankah sebelum jadi 'biasa saja' semua hal pernah terasa 'baru' buat kita?
-
Kebebasan adalah paradoks. Sedihnya, kita terlambat paham apa maksudnya.
- Se mer