Episodi
-
Selamat mendengarkan, semoga bermanfaat...
-
Selamat mendengarkan, ambil baiknya, buang buruknya.
-
Episodi mancanti?
-
dijamin isi obrolannya 100% ilmu semua. Selamat mendengarkan.
-
Selamat Mendengarkan...
-
Selamat mendengarkan...
-
Selamat mendengarkan...
-
Selamat mendengarkan...
-
Selamat mendengarkan, semoga ada manfaatnya:)
-
Selamat mendengarkan, semoga bermanfaat:).
-
Selamat mendengarkan, cocok bagi anda semua yang sedang mengalami fase titik terendah dalam hidup.
-
Selamat mendengarkan
-
Jangan overthinking, percayalah pada hidup anda, dan fokus terhadap satu hal yg sedang anda kerjakan hari ini.
-
Zaman now move on mungkin satu kata serapan asing yg sering diucapkan oleh para remaja, terutama oleh mereka yg baru saja putus cinta. Padahal secara makna luas move on itu bukan hanya dalam hal percintaan saja lebih luas daripada itu, bahkan dalam aspek kehidupan, terutama sosial.
Manusia move on tentu dengan caranya masing-masing, bisa itu lama atau sebentar tergantung si individu manusianya itu sendiri.
Tapi percayalah yg namanya hidup adalah sebuah proses butuh dengan yg namanya waktu. Menurut pribasa sunda, anu ngaranna kertas ges di bejek-bejek moal bisa rapih kos asal, jadi move onlah ke arah yg lebih progres terutama dalam hal positif sebelum terlambat, agar hidup lebih indah dan damai. -
Pernah sesekali makan di restoran, terus dikatain hedon? Ok, kita sedikit bedah siapa sih si hedon ini. Sejak lampau para filusuf sudah mengenal istilah hedonisme ini, dimana hedonisme dikaitkan dengan keberadaan nilai instristik atau sebuah nilai kesenangan yang dirasakan oleh setiap individu. Hedonisme, bukan berarti menentukan strata sosial suatu makhluk. Dimana posisinya berada pada apa yang membuat kita ingin merasa bahagia dan tentunya senang. Terbagi menjadi dua bagian, ada yang psikologis atau unsur kebahagian secara naluri kita sendiri dan yang normatif atau kebahagiaan yang dicita-citakan, normatif ini pun terbagi lagi, ada yang egois dan utilitarianism.
Yang terpenting, setiap makhluk mampu dan berhak untuk bahagia, namun tau porsinya dan dimana dia meletakan sisi hedonisnya, tentunya di hal yang positif. Ketika kita berangan untuk mengajak orang tua kita naik haji, tentu kita berusaha untuk mewujudkannya. Namun ketika kita memposisikannya dengan hal yang Berlebih atau glamor itu juga tak masalah namun kurang baik juga, ketika kita memaksakan untuk makan di restoran mewah, berganti gadget seri yang baru, atau membeli pakaian mewah namun posisi keuangan kita pas pasan hanya cukup untuk makan saja. Keadaan tersebut yang menghawatirkan kita melakukan hal apapun untuk mendapatkan itu semua, bisa saja merampok, naudzubillah ya.
Ok gaes, kita semua mesti berperilaku hedon loh, tapi ingat, kebergunaan hal tersebut kalo merugikan orang lain kan gabaik juga ya. Asal tau porsinya kok! Kalo kata kolot baheula mah, hidup itu jangan melihat ke atas.
Sudah terpikirkan oleh benak hal apa saja yang belum tercapai? Semoga segera tercapai! -
Solusi untuk mengurangi dampak negatif budaya konsumtif adalah dengan mengikis ego dalam diri berupa keinginan, dan literasi finansial.
-
Percaya atau tidak, kita sudah disuguhkan beberapa bentuk materialis sebelum kita hidup atau bahkan setelah kita hidup akan muncul bentuk-bentuk baru lainnya. Hal semacam itulah yang menjadi suatu peradaban dewasa ini.
Coba kita persempit dari konteks makna penciptaan. Seluruh yang dibuat oleh pikir manusia itu dapat diartikan sebagai bentuk karya ciptaan. Tanpa kita sadari segala bentuk tersebut, terbentuk dari hal yang paling prinsipil setiap manusia. Ya, ber-angan atau berimajinasi mengenai apa yang di masa lampau sudah tercipta dan merekaulang atau merekonstruksi di masa depan yang lebih revolusioner.
Sejarah mencatat para ahli yang menemukan bentuk akhir dari idenya masing-masing, seperti lampu, mesin uap, listrik, mesin cetak, dan lain lain. Sebuah ide yang diluar nalar pada masa itu bukan? Lalu di hari ini, setelah bentuk-bentuk dasarnya tercipta, maka akan selalu ada pembaharuannya.
Di situ lah peran individu visioner menggugah rasa ber-angan-angannya, rasa berimajinasinya untuk tentunya menemukan ide akhir yang menakjubkan.
Setelah adanya mobil tanpa pengendara, atau sebentar lagi manusia akan menginvansi Mars. Apakah itu bukan bagian dari ide yang diluar nalar?
Kami bersepakat, ide kecil akan mampu menjadi bentuk yang lebih besar dari sebelumnya.
Maka dari itu, apa yang sedang kalian pikirkan hari ini? -
"Semua akan mencari ketika suatu apapun dari hal tersebut sudah hilang, maka terkikislah hal-hal baik di depan kita".
Jauh sebelum kita membicarakan konteks kebudayaan atau memperdebatkannya. Mari mengingat memori kolektif kita tentang hal kecil yang mendasari segala perilaku besar.
Negara kita terkenal sebagai negara yang masyarakatnya sangat ramah, terlebih kepada sesama bangsanya maupun bangsa lain. Selain kekayaan alamnya yang mampu memikat para wisatawan asing keberadaan masyarakatnya pun menjadi poin penting.
Di tatar sunda, istilah "punten-mangga" sudah tak asing lagi di telinga, atau mungkin sudah tak lagi menjadi hal yang wah. Bagaimana tidak, setiap perilaku yang dijalani setiap harinya pasti melulu menuturkan kata punten.
Suatu ungkapan yang begitu kaya makna, fleksibel dan kondisional, untuk salam sapa, meminta tolong, dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Dan ya, tanpa kita sadari hal tersebut membentuk suatu karakter yang di mana sudah tertanam sedari awal. Di rumah, di sekolah, di lingkungan bermain, di tempat kerja, di tempat umum yang lainnya, sikap itu yang membentuk kita. Seorang manusia yang memiliki tatakrama.
Namun, akhir-akhir ini hal-hal demikian sudah asing ditelinga kita, percaya atau tidak hari ini budaya permisi atau punten sudah dianggap kuno hari ini, walaupun beberapa masih mempertahankan budaya tersebut.
Oh ya, jadi siapa yang musti disalahkan? Perkembangan jaman atau diri kita sendiri?
Kalo aku sih, yes! -
- Imagine
Sejak John Lennon memulai karier solonya, era 70an awal menjadi awal manis bagi Lennon dan Yoko Ono sang istri. Dalam kurun waktu ± 5 tahun, muncul lagu-lagu yang lebih humanis dari Lennon. Salah satunya yang berjudul "Imagine" lagu kontroversial sampai saat ini. Dinilai sebagai lagu perlawanan bagi kolonialisme, konvensionalisme, kapitalisme, dan isme isme lainnya, Lennon menyihir wacana yang dibangun dalam larik larik lagunya.
Apa benar jika kedamaian yang dibayangkan oleh Lennon itu dapat terjadi? Mustahil atau Mujarab?
Kita harus benar-benar pandai menerka zaman, masing-masing dari kita memiliki kedamaian yang berbeda.
Apa kita mesti menjadi Gandhi terlebih dahulu yang mendamaikan rakyat India? Yang terpenting dari kita, bagaimana caranya untuk berdamai dengan diri sendiri. Sudahkah kalian coba? -
PD atau Percaya Diri, yakni suatu sifat yang mengharuskan kita sebagai individu untuk meyakini keberadaan diri sendiri tanpa terintervensi oleh siapa pun yang bukan dari diri sendiri.
Terbilang suatu hal yang mudah untuk dituturkan namun sedikit sekali kepekaan kita untuk menyadari hal tersebut. Memang terlihat seperti padanan kata biasa saja, namun ternyata menjadi beberapa sumber masalah di dalamnya. Ketika diri kita mulai goyah oleh orang lain, imun ke-PD-an kita mulai terkikis sedikit demi sedikit.
Keberadaan hal tersebut dihimpun oleh hadirnya suatu perkataan, "insecure" sebuah serapan dari kata asing yang dipopulerkan oleh masyarakat dewasa ini--indonesia.
Belakangan ini telinga kita tak pernah bosan mendengar anak-anak tanggung mengungkap hal tersebut.
Apakah _Insecure_ berimbas pada pola pikir manusia sebagai makhluk yang bebas?
Jerawat dikit, malu, insecure. BB naik, malu, insecure. Temen udah nikah, merasa kita tidak siap, malu, insecure. Begitukah benarnya?
Ditambah dengan pesatnya media sosial yang menjadi parasit pada hasrat kita masing-masing. Menjadikan, paradigma baru pada masyarakat kita hari ini.
Dimana posisi kita hari ini, Insekyur atau Bersyukur? - Mostra di più