Episodi
-
Kita sering mendengar istilah “Stay Positive” atau “Good Vibes Only” yang banyak dipakai sebagai hashtag dalam berbagai postingan di social media. Meskipun mungkin orang yang memakai hashtag tersebut berniat untuk menyebarkan pesan dan kesan yang positif, tapi ada satu bahaya yang mengintai jika kita tidak berhati-hati dalam memahami secara menyeluruh makna dari kata-kata stay positive tersebut. Bahaya yang dimaksud adalah Toxic Positivity.
-
Apakah kamu pernah mendengar istilah ‘the Law of Attraction’? Law of Attraction (LoA) ini bukanlah law/hukum secara saintifik maupun legal sebagaimana namanya. Sejauh ini belum ada bukti-bukti yang memadai untuk membuktikannya valid secara ilmiah sehingga bisa disebut “law” secara proper. Meski demikian, LoA ini nyatanya sangat popular sekali dan banyak orang yang tertarik untuk mempelajari dan mempraktekannya.
Prinsip-prinsip LoA seperti berpikir positif untuk menarik sesuatu yang positif, lalu dorongan untuk selalu bersyukur, dan bagaimana semua yang ada di alam semesta ini terhubung satu sama lain, itu diakui banyak orang telah membawa dampak positif dalam hidup mereka. Bahkan tidak sedikit yang memberikan testimonialnya bahwa LoA ini membantu mereka mewujudkan impian-impian mereka, termasuk dalam hal pekerjaan.
Memangnya, sejauh mana kita bisa pakai LoA untuk mendorong pengembangan karir maupun bisnis kita? Dan, bagaimana cara mempraktekkan LoA di tempat kerja? Lalu, kenapa banyak orang yang mengkritisi LoA sebagai pseudoscience dan meragukan keabsahannya?
-
Episodi mancanti?
-
Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor paling terpukul saat pandemi COVID-19 menghantam Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Padahal, sebelum pandemi tersebut sektor konstruksi mencatatkan pertumbuhan yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir. Sektor konstruksi memang salah satu sektor yang diperhitungkan dalam ekonomi nasional. Data BPS mencatat bahwa konstruksi menyumbang sekitar 10.48% dari Produk Domestik Bruto Indonesia pada Q4-2021.
Meski demikian, dari kacamata penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), sektor ini merupakan salah satu industri yang paling berisiko tinggi. Dilansir dari data yang dihimpun oleh Komite K3L Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang menempatkan konstruksi di peringkat pertama penyumbang kecelakaan kerja di Indonesia sebesar 32%. Sektor konstruksi juga menempati peringkat teratas dari sektor penyumbang kecelakaan kerja tertinggi di AS, Jepang, dan China. Kalau dilihat dari kontribusinya yang luar biasa pada perekonomian suatu negara, tentunya sangat disayangkan kalau secara statistik pekerjanya justru berisiko tinggi terkena insiden. Kira-kira, kenapa bisa seperti ini?
-
Ada berapa jenis kecerdasan pada manusia yang kamu tahu? Mungkin kita semua ya sama yang namanya IQ alias Intelligence Quotient. Sebagian dari kita juga mungkin pernah mendengar kecerdasan satu lagi yang bernama EQ alias Emotional Quotient alias kecerdasan emosional. Di Indonesia juga mulai populer jenis kecerdasan berikutnya, yakni Spiritual Quotient (SQ). Tapi tahukah kamu bahwa ada satu lagi jenis kecerdasan yang kalau bisa dibilang ini underrated sekali. Jarang yang bahas, jarang yang tahu, penelitiannya juga masih belum begitu banyak. Namun, tipe kecerdasan ini justru sangat penting dalam berjalannya fungsi manusia di abad ke-21 yang serba tak menentu ini. Kecerdasan yang dimaksud adalah Adversity Quotient (AQ).
-
Akhir-akhir ini ada banyak konten yang memperbandingkan karakteristik generasi Z dengan generasi terdahulunya. Banyak yang kritik Gen Z (b. 1997 – 2012) ini dengan beberapa stereotype yang negative seperti bermental lemah, manja, maunya serba instan, dan kena masalah sedikit langsung pergi healing kesana kesini. Namun, tahukah Anda bahwa masalah yang dilabelkan kepada Gen Z ini ternyata sudah jadi concern para filsuf sejak lebih dari 2300 tahun yang lalu. Tepatnya di era Yunani Kuno, dimana sudah muncul pemikiran-pemikiran untuk mengurai akar masalah dan solusi dalam mengatasi berbagai emosi negative yang ada pada diri manusia. Era pada saat itu banyak melahirkan para filsuf yang memperkenalkan kita pada filsafat-filsafat yang berguna bagi umat manusia ke depannya sebagai way of life yang sebagian masih sangat relevan untuk kita terapkan sampai sekarang. Salah satunya adalah filosofi stoa (stoicism) alias filosofi teras.
-
Beberapa waktu lalu lini masa tengah ramai oleh kata-kata ‘2023 Gelap’ yang dibahas oleh para influencer, khususnya financial influencer. Topik ini menjadi pro-kontra di kalangan netizen dan sebagian netizen yang kontra bahkan sampai ‘menyerang’ para influencer tersebut. Orang-orang yang kontra bilang ‘2023 Gelap’ itu tak lebih dari sebuah ‘fear-mongering’ alias kampanye menjual ketakutan. Bahwa ‘2023 Gelap’ itu terlalu dilebih-lebihkan mengingat fondasi perekonomian Indonesia itu sebenarnya cukup kuat dibandingkan negara lain yang saat inipun sudah mulai terkena imbas krisis global pasca-pandemic COVID-19 dan perang Russia-Ukraina. Sedangkan netizen yang pro lebih menyoroti bahwa tidak ada salahnya kita bersiap diri dan waspada akan dinamika ekonomi ke depannya. Toh, tak rugi juga kalau ternyata ‘2023 Gelap’ itu tidak seseram yang diprediksi. Biar bagaimanapun fail to plan is similar to plan the failure. Nah, kalau menurutmu sendiri bagaimana? Apakah ‘2023 Gelap’ itu terlalu berlebihan dan menjurus pada ‘fear-mongering’? Apakah ada hal yang bisa kita siapkan untuk menghadapi kondisi krisis seperti ‘2023 Gelap’ itu?
-
Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang menjadi incaran banyak orang untuk berkarir. Gaji yang (konon) tinggi, kesempatan pengembangan karir yang jelas, daya serap tenaga kerja yang besar, hingga potensi mineral-batu bara Indonesia yang melimpah menjadikan sektor ini sangat seksi di mata sebagian besar orang. Tapi sebenarnya bagaimana keadaan di dalam area pertambangan itu sendiri? Apakah betul gajinya tinggi-tinggi? Lalu, bagaimana keseharian pekerja di tambang? Apakah gajinya worth dengan risiko yang sehari-harinya mereka hadapi?
Featuring Ferdhy M Kautsar, seorang Praktisi HSE yang sudah 10 tahun lebih malang melintang di dunia tambang, pada episode kali ini kita akan mendengar lebih dekat seputar isu-isu keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di industri pertambangan. Selamat mendengarkan!
-
Deb Liu, CEO dari Ancestry.com – sebuah perusahaan genealogi terkemuka yang berbasis di Amerika Serikat pernah berkata, “The workplace is built for extroverts. Your success is often tied to your ability to share, speak up, connect and lead others.” Yang artinya kurang lebih: "Tempat kerja itu dibangun untuk para ekstrovert. Kesuksesan seseorang di tempat kerja seringkali dihubungkan dengan kemampuan untuk berbagi gagasan, berbicara dengan lantang / terus terang, membangun koneksi, dan memimpin karyawan lainnya." Lalu bagaimana dengan pekerja yang introvert? Apakah akan menjadi medioker dan di posisi yang itu-itu saja, sementara rekannya yang Ekstrovert sukses menjadi manager, director, dan CEO? Apakah pernyataan Liu tersebut mencerminkan realitas yang terjadi?
-
Episode kali ini membahas kelanjutan dari pembahasan tentang Growth Mindset pada episode sebelumnya. Topik ini sendiri sudah belasan tahun beredar dalam diskusi soal pengembangan diri. Jadi, kita dihadapkan oleh dua skenario: menjadi seekor ikan kecil di kolam yang besar atau menjadi seekor ikan besar di kolam yang kecil? Mana di antara kedua pilihan ini yang lebih baik? Atau keduanya sebenarnya sama-sama bagus?
-
Pernah terpikirkan hal ini? Seiring dengan makin tingginya awareness orang-orang sama kesehatan mental dalam beberapa tahun terakhir, ada trend untuk melakukan romantisasi dari gangguan kesehatan mental itu sendiri. Seperti merasa keren kalau terkena bipolar/depresi/anxiety. Ada juga banyak orang, khususnya anak-anak muda melakukan ‘self-diagnosing’, baik itu mereka sadari atau tidak. Dan parahnya banyak yang "berlindung" di balik kesehatan mental saat mereka dituntut untuk bertanggung jawab atas ulah yang mereka lakukan.
Padahal, seharusnya diagnosa gangguan kesehatan kejiwaan itu dilakukan oleh para professional di bidangnya. Dan penegakan diagnosanya itu juga tentunya tidak sembarangan. Adanya romantisasi dan self-diagnosis yang terjadi malah membuat awareness kesehatan mental yang digaungkan jadi sia-sia karena validasinya dianggap lemah.
Tapi kalau dipikir-pikir, apakah sebenarnya kita bisa tahu lebih awal kalau kita itu lagi terkena gangguan kesehatan mental? Jawabannya, ternyata bisa!
Link Tes Kesehatan Mental:
1. Survei Diagnosis Stres Kerja (Permenaker no.5/2018)
https://bit.ly/3rWmC86
2. Depression and Anxiety Self-Assessment Quiz by NHS
https://bit.ly/3gfkshn
3. Mental Health Test by MHA
https://bit.ly/3s0oJI8
-
Tanggal 10 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day. Hari ini biasanya diperingati sebagai momentum untuk edukasi, awareness, dan advokasi terhadap stigma sosial bagi penyandang masalah kesehatan mental. Beberapa negara juga memakai pekan di tanggal ini sebagai Mental Health Week alias Pekan Kesehatan Mental. WFMH atau World Federation for Mental Health, pertama kali menginisiasi adanya Mental Health Day ini sejak 1992. WHO pun sudah sejak awal endorse special day ini hingga sekarang sudah bersama dirayakan di lebih dari 150 negara di seluruh dunia. Setiap tahunnya, World Mental Health Day punya tema spesifik. Untuk tahun 2022 sendiri, temanya adalah “Make Mental Health and Wellbeing for All a Global Priority” – terjemahannya, “Menjadikan Kesehatan Mental dan Kesejahteraan untuk Semua sebagai Prioritas Global”.
Toolkit Mental Health Day 2022:
https://wmhdofficial.com/wp-content/uploads/wmhd2022-toolkit_v02.pdf
-
Apakah kamu termasuk orang yang percaya bahwa kesuksesan itu merupakan bakat atau bawaan dari lahir? Atau sebaliknya, kesuksesan itu adalah murni kerja keras yang kita lakukan?
Ada sebuah temuan yang menarik dari satu studi dari Mueller & Dweck (1998) yang meneliti hubungan antara praise (pujian/motivasi) terhadap anak sekolah dasar dan output test yang mereka hasilkan. Jadi ceritanya anak-anak ini dikasih sebuah test. Begitu hasilnya keluar, peneliti membagi anak-anak ini ke dalam dua grup. Grup pertama, terdiri dari anak-anak dengan hasil rata-rata test sedikit lebih tinggi daripada anak-anak yang lain. Sedangkan pada grup kedua, anak-anak ini memiliki nilai test sedikit di bawah grup pertama.
Anak-anak di grup pertama diberikan praise/pujian serta motivasi dengan kata2 bahwa kamu cerdas, kamu pintar, dsb. Lalu pada grup kedua, anak-anak yang memiliki nilai test sedikit di bawah grup pertama ini diberikan praising dengan kalimat2 yang menekankan kerja keras mereka. Setelah treatment tersebut diberikan kepada dua kelompok, peneliti kembali melakukan test kedua.
Hasil yang menarikpun didapat oleh para peneliti ini. Ternyata anak-anak di grup pertama yang dipuji “pintar” itu nilai ujiannya tidak mengalami kenaikan, justru malah menurun. Sedangkan, anak-anak yang diberikan motivasi atas kerja keras mereka itu malah nilainya meningkat, bahkan melewati hasil yang didapat kelompok pertama pada test yang pertama. Kenapa ya kira-kira bisa begitu? -
Pernah dengar istilah mindfulness? Mindfulness itu konsep yang belakangan ini memang lagi popular banget. Praktek mindfulness dipandang sebagai salah satu solusi tercapainya kondisi fisik dan mental yang sehat di tengah dunia modern yang serba demanding dan stressful ini. Mindfulness adalah sebuah praktik yang membuat kita lebih fokus terhadap present situation alias situasi kita saat ini. Sehingga dari situ akan didapatkan versi diri kita yang fokus, tenang, dan pastinya optimal untuk mengerjakan apapun yang sedang kita kerjakan. Gak cuma fisik dan mental kita yang sehat, tapi kita juga pastinya akan lebih produktif.
-
Setiap tahunnya ada 340 juta insiden tempat kerja yang tercatat di seluruh dunia. Ini belum termasuk 160 juta kasus penyakit akibat kerja. Di Indonesia sendiri, BPJS mencatat terjadi sekitar 234.000 kasus kecelakaan di tempat kerja pada tahun 2021. Dari angka tersebut, BPJS Ketenagakerjaan sendiri sudah mengeluarkan biaya klaim sekitar 1,79 triliun rupiah. Ternyata begitu besar beban yang ditanggung pekerja maupun negara akibat insiden di tempat kerja ini. Lalu, tahukah kamu bahwa sebenarnya ada satu profesi yang sangat berperan jadi ujung tombak untuk mencegah semua insiden itu terjadi. Namun sayangnya profesi ini masih agak ‘underrated’ sebagai pilihan karir. Profesi yang dimaksud adalah K3 alias Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
-
Apa yang biasanya kamu lakukan kalau kamu lagi ‘stres’?
Ada orang yang kalo lagi banyak pikiran larinya ke makan. Ada yang perlu healing ke tempat-tempat yang lagi in. Ada juga yang larinya malah ke alcohol & drugs. Sebenarnya, bagaimana sih cara mengelola stres yang baik itu? -
Pernah nggak sih kamu merasa udah capek banget sama kerjaan atau tempat kerjamu yang sekarang? Kepikiran buat cabut tapi masih ingat dulu pas nganggur, secapek-capeknya kerja ternyata masih lebih capek nganggur. Terus kamu udah coba healing kesana kesini, tapi rasa capeknya nggak hilang-hilang juga. Hati-hati ya, bisa jadi itu gejala fatigue…