Folgen
-
A lovely conversation with Catalina, my friend from Colombia who study dance in Indonesia. Talking about learning through her experiences with locals, working with Eko Pece and Kaka 'Slank', basically everything in 'loco' ways hahahaha
-
Diantara Zaki, Sandi, Firos, dan Saprila, apa aja nih 5 film paling terfavorit mereka?
-
Fehlende Folgen?
-
In this brand new program, you'll hear Saprila and Hannan's stories about being Indonesian. Shared their fond memories about their hometown, how is it like to live/grown up in a small city in East Java-West Java when they were kid, and shared their favourite activities back then.
-
Membicarakan pengalaman Daniel sebagai musisi dari Republik Ceko yang belajar Gamelan di ISI Surakarta, mulai dari bagaimana dia menemukan musik gamelan, terjun langsung ke kultur Indonesia, hingga apa saja yang sudah dia pelajari selama di Indonesia.
Daniel tidak memiliki media sosial, berikut terlampir link Youtube Daniel untuk dinikmati karya-karyanya:
https://www.youtube.com/channel/UCOddOWaBaLg0LmqpIKBjC8Q
Atau cari di Youtube dengan Keyword 'Daniel Koubek' -
Episode pertama Mendadak Karya Raya bersama @dsrani membicarakan karya tehnik cetak foto lama Cyanotype yang dijadikan sebagai karya tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana. Membedah konsep, tehnik, dan hambatan-hamabatan yang dialami selama mengerjakan karya Cyanotype.
-
Episode kedua Mendadak Podcast Special Oleh-Oleh featuring Galih Prabowo & Yumna Hanifah mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Jogja seputar perbedaan antara orang Indonesia dengan Thailand, kebiasaan baik orang sana, dan bagaimana menjalani kuliah selama satu semester di Thailand.
-
Sekalipun dekat dengan negara Asia, ternyata kepercayaan akan hantu, dan cerita mistis sulit untuk dituturkan kepada orang Australia karena menurut mereka itu hal yang tidak masuk akal, itulah yang coba dilakukan Genki ketika dia belajar di Australia.
-
Karya #BUATSOLO berangkat dari kesamaan antara Anggabaktief dan Vincentiusad yang sama-sama tinggal di Solo, kuliah di Solo, dan sama-sama menjadi desainer di kota Solo. Sehingga menurut mereka kota Solo inilah yang patut diangkat pertama kali ketika ingin membuat social media campaign. Dalam hal ini mereka bertindak sebagai wadah yang menampung berbagai curhatan dan keluh kesah netizen tentang kota Solo melalui kolom komentar di sebuah postingan pada akun instagram pribadi mereka. Dan kemudian campaign ini menjadi medium yang menyampaikan berbagai curhatan tersebut melalui display karya di pameran DKVACT . Dari campaign inilah mereka dapat berjumpa dengan banyak orang dengan berbagai pandangan tentang kota Solo. Bukan hanya orang-orang yang tinggal di Solo saja, namun orang-orang di luar kota yang pernah memiliki pengalaman di kota Solo turut ikut menyampaikan curhatannya.
-
Terbentuknya notcatcampaign berawal dari 7 mahasiswa TV Film yang merespon women march dengan membuat video dokumenter tentang catcalling dan otoritas tubuh. Respon terhadap isu catcalling tersebut kemudian dilanjutkan dalam ranah pameran desain bersama 2 mahasiswa DKV. Beberapa media yang kemudian ditampilkan pada pameran seperti video sosial eksperimen, video dokumenter, infografis, brosur, media interaktif, dan merchandise, dimaksudkan untuk dapat diterima dengan baik oleh pengunjung pameran. Isu tentang catcalling sebenarnya bukan isu yang terbilang baru. Istilah lain dari catcalling yang lebih dikenal seperti memanggil dengan siulan, atau panggilan salam dengan tendensi ke arah seksual, bukanlah isu yang baru kita jumpai di sekitar kita.
Simak cerita lengkap dari helvana14 dan tiarahayyu tentang kolaborasi mereka di podcast vol.05 edisi kolaborasi bersama popcultpoor . Dan bagaimana proses kreatif mereka dalam menyebarluaskan pesan bahwa catcalling merupakan suatu bentuk pelecehan seksual dan tidak sepatutnya dianggap lumrah melalui campaign sosial. -
Berawal dari student exchange program ke Malaysia, dengan mengambil film distribution and exhibition, Hanna mengawali ketertarikannya pada bidang distribusi film. Sekembalinya ke Indonesia, Ia pun mencoba distribusi film di Indonesia dengan magang dan bekerja di perusahaan publishing. Banyak hal menarik dan kesulitan yang Ia temui selama di industri kerja. Bahkan Ia mengakui bahwa terjun ke dunia kerja seperti belajar kembali dari nol. Bagi Hanna tidak cukup mempelajari publikasi dan distribusi dari segi teori saja, sehingga diperlukan aplikasi langsung ke dunia kerja. Apalagi Hanna tidak mendapatkan materi tersebut di perkuliahan, sehingga membuatnya belajar secara mandiri di luar kampus. Menurut Hanna sebagai orang yang banyak mendapatkan informasi dan ilmu dari banyak orang, tidak bisa langsung menetapkan informasi tersebut sebagai suatu hal yang paten. Karena segala sesuatunya, apalagi di dunia perfilman bisa berubah tiap tahunnya bahkan sepanjang waktu.
-
Dalam perjumpaan kami di podcast vol. 03 ini, Ajun banyak bercerita mengenai sisi lain dari menjadi mahasiswa desain. Mulai dari mengikuti komunitas menulis di kotanya, menjadi ilustrator di sebuah perusahaan tempat Ia bekerja, hingga bagaimana Ia merefleksikan diri di sela-sela waktu senggang. Ia juga bercerita bagaimana proses pencapaian skill yang dimiliki di bidang digital painting. Di mana Ia merasa itu terjadi secara tiba-tiba. Hal tersebut tentu karena perasaan hobi dan konsistensi untuk terus belajar, sehingga terasa menjadi mudah untuk mempelajarinya karena perasaan senang. Namun dukungan dan apresiasi dari teman-teman juga tentu sangat mendukung semangat untuk terus berkarya.
-
Di podcast Vol. 02 ini kita berjumpa dengan Ronaldi, A.K.A Sunil. Dalam sesi ini Ia mengakui bahwa Ia sangat mengagumi Toni Blank, seorang yang Ia katakan memiliki imajinasi yang tinggi. Karena menurutnya imajinasi adalah ruang visual yang paling hakiki. Berbicara mengenai imajinasi, ada sebuah gerakan seni yang muncul pada abad ke-18 pada masa revolusi industri, dan dikenal dengan istilah romantisme. Era romantisme ini muncul sebagai perlawanan terhadap norma-norma era renaissance, atau yang dikenal dengan periode pencerahan. Di mana, pada masa pencerahan orang-orang sangat mengagungkan logika dan penelitian ilmiah sebagai dasar pijakan untuk melakukan sesuatu. Era renaissance ini juga dikenal sebagai jembatan abad pertengahan menuju era modern. Manusia mulai menciptakan mesin-mesin sebagai pengganti, sehingga karya tidak lagi murni dan menghilangkan rasa manusiawi. Berbeda dengan era romantisme yang lebih mengutamakan unsur emosi daripada logika dan rasionalitas. Mengutip perkataan Sunil, bahwa manusia bukan hanya angka-angka dan satuan-satuan, tapi manusia adalah bentuk kebebasannya sendiri dalam mengekspresikan sesuatu, entah itu di musik, puisi, atau di lukis.
-
Menurut Fatah, interest dan passion itu mengalir, seperti takdir. Fatah bercerita mengenai perjalanannya dalam menemukan interest dan passion-nya saat ini. Berawal dari minat di interior design, animasi, hingga sampai di layout. Ketiganya merupakan bidang yang berbeda. Namun seperti takdir, terkadang passion, bahkan interest pun bisa berubah sesuai dengan apa yang ditemui. Fatah pun mengakui hingga saat ini Ia sangat moody terhadap trend design baru. Karena menurutnya menjadi seorang desainer lebih menyenangkan jika memiliki expertise di semua bidang desain secara umum. Inilah yang membuat dia ingin mempelajari hal-hal baru di dunia desain. Di samping memiliki expertise, seorang desainer juga perlu memiliki kreatifitas. Think like an artist. Karena kreatifitas inilah yang dapat membantu seorang desainer untuk tidak bergantung pada sebuah referensi.
Simak paparan lengkap mengenai passion, layout, dan pendidikan desain, bersama Fatah Amanati, seorang Mahasiswi DKV yang tertarik pada editorial dan user interface.